Loading...
Detail Berita

Pemanfaatan Hidrogen di Indonesia Mulai Ditingkatkan Menuju Energi Bersih

​Jakarta - Pemanfaatan hidrogen di Indonesia saat ini masih berada pada tahap awal. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, tingkat utilisasi hidrogen nasional baru mencapai sekitar 199 ton per tahun. Meski jumlah ini tergolong kecil, pemerintah menilai capaian tersebut merupakan langkah awal yang penting menuju pengembangan energi bersih di dalam negeri.

Direktur Jenderal EBTKE, Eniya Listiani Dewi, menjelaskan bahwa angka pemanfaatan hidrogen kini telah menjadi indikator kinerja utama (KPI) bagi institusinya. Menurutnya, hidrogen sudah mulai dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif meski penggunaannya masih terbatas.

“Utilisasi hidrogen sekarang sudah menjadi KPI dari EBTKE, yakni sebesar 199 ton per tahun. Masih kecil, tetapi sudah mulai dimanfaatkan sebagai energi. Itu menjadi bagian dari target kerja kami,” ujar Eniya dalam kegiatan Kick-off Global Hydrogen Ecosystem 2026 di kawasan Car Free Day Jakarta, Minggu (13/10/2025).

Saat ini, penggunaan hidrogen di Indonesia sebagian besar masih didominasi oleh sektor industri pupuk. Untuk memperluas penggunaannya sebagai sumber energi bersih, pemerintah telah meluncurkan Roadmap Hidrogen Amonia Nasional, yang menjadi panduan dalam membangun ekosistem hidrogen di masa depan.

“Pada bulan Juni lalu, kami telah meluncurkan roadmap hidrogen amonia nasional yang berisi rencana aksi konkret. Tahun depan kami akan menindaklanjuti komitmen berbagai industri yang berencana memproduksi maupun memanfaatkan hidrogen dalam kegiatan operasionalnya,” jelas Eniya.

Eniya juga menyoroti bahwa sebagian besar hidrogen yang beredar saat ini masih berasal dari gas alam, sehingga proses produksinya masih menghasilkan emisi karbon. Untuk itu, pemerintah mulai mengarahkan pengembangan menuju hidrogen rendah karbon (low-carbon hydrogen) dan hidrogen hijau (green hydrogen) yang bersumber dari energi baru terbarukan (EBT).

“Selama ini hidrogen berasal dari gas alam yang masih mengandung karbon. Sekarang kami mulai memperkenalkan hidrogen rendah karbon dan hidrogen hijau dari sumber EBT. Kami akan memantau serta mendampingi perkembangan industri ini selama setahun ke depan,” tambahnya.

Sebagai bentuk dukungan terhadap penguatan regulasi dan aspek keselamatan, EBTKE juga telah menerbitkan tiga Standar Nasional Indonesia (SNI) terkait hidrogen. Standar ini diharapkan dapat menjamin kualitas, keamanan, serta keberlanjutan penerapan teknologi hidrogen di Indonesia.

“Sudah ada tiga SNI yang kami keluarkan, dan beberapa lagi sedang disiapkan. Kami akan terus mengawal hingga tahun depan agar industri yang mulai menggunakan hidrogen dapat berjalan sesuai standar dan aman,” tuturnya.

Upaya ini menjadi bagian dari strategi pemerintah dalam mempercepat transisi menuju energi bersih, sekaligus membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan pasar hidrogen yang berkelanjutan di masa mendatang.