Bandung (08/08/2025) – PT PLN (Persero) menegaskan komitmennya untuk memanfaatkan sains dan teknologi demi meningkatkan porsi bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. Langkah ini diambil guna mendukung swasembada energi sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Pernyataan tersebut disampaikan dalam Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri (KSTI) Indonesia 2025 yang digelar di Bandung, Kamis (7/8).
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek), Stella Christie, menekankan bahwa sektor industri, termasuk BUMN, memiliki peran vital sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, penguatan riset dan penerapan hasilnya sangat penting untuk mempercepat kemajuan industri, terutama di lingkungan BUMN.
“Kami di Diktisaintek berperan sebagai penjembatan. Kami memetakan kebutuhan BUMN agar dapat langsung dijawab oleh hasil riset, sehingga BUMN bisa meningkatkan pendapatan sekaligus menurunkan biaya,” ujar Stella.
Ia menambahkan bahwa ekosistem riset nasional telah menghasilkan banyak prototipe, mulai dari basic research hingga translational research. Tantangan berikutnya adalah memastikan inovasi tersebut dapat dihilirisasi menjadi solusi nyata yang bermanfaat luas bagi industri dan masyarakat. Kementerian, kata Stella, berkomitmen mendorong skema hilirisasi berbasis kolaborasi, terutama agar riset dari kampus dapat diimplementasikan secara langsung di dunia industri.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyatakan kesiapan PLN untuk berkolaborasi dengan perguruan tinggi maupun lembaga riset dalam mengimplementasikan hasil riset demi mempercepat pemanfaatan EBT di Indonesia. “Bagi PLN, sains dan teknologi adalah kunci peningkatan bauran EBT nasional, sejalan dengan target Net Zero Emission 2060,” kata Darmawan. Sementara itu, Executive Vice President Aneka Energi Baru Terbarukan PLN, Daniel K.F. Tampubolon, menegaskan bahwa teknologi menjadi bagian integral dari strategi percepatan transisi energi nasional. Menurutnya, transisi energi tidak hanya mencakup pembangunan pembangkit EBT, tetapi juga memastikan seluruh ekosistemnya siap—mulai dari pembangkitan, transmisi, hingga distribusi—melalui implementasi smart grid.
Daniel menjelaskan, teknologi smart grid akan menjadi enabler utama untuk mengatasi risiko bawaan (inherent risk) dari sifat intermitensi variable renewable energy (VRE). Sistem kelistrikan modern ini memanfaatkan teknologi informasi dan digital sehingga lebih fleksibel, responsif, dan mampu meningkatkan porsi EBT secara optimal, sambil tetap menjaga keandalan dan efisiensi operasi sistem.