Loading...
Detail Berita

Potensi EBT Indonesia Capai 3.686 GW, PLN Fokus Akselerasi Transisi Energi

​Jakarta (07/10/2025) Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang luar biasa besar. Direktur Energi Baru Terbarukan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, Suroso Isnandar, menyebutkan bahwa sumber daya ini meliputi tenaga surya, hidro, bioenergi, angin (bayu), panas bumi, hingga energi laut. Total kapasitas seluruh potensi tersebut mencapai 3.686 gigawatt (GW). Namun, hingga saat ini pemanfaatannya baru mencapai 9,4 GW.

“Ini menjadi tantangan besar bagi kita, bagaimana bisa merealisasikan potensi yang ada,” ujar Suroso saat peluncuran Electricity Connec 2025 di Jakarta, Selasa, 7 Oktober 2025.

Ia menjelaskan bahwa pasokan listrik Indonesia saat ini masih didominasi oleh sumber energi fosil. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menyumbang sekitar 66 persen dari total pasokan listrik PLN, disusul oleh Pembangkit Listrik Tenaga Gas sebesar 17 persen. PLN, kata Suroso, kini bertekad melakukan transformasi besar untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dan beralih pada sumber energi terbarukan.

“Harus berbelok 180 derajat. Dari yang sebelumnya mengutamakan fosil, kini saatnya mengutamakan energi baru terbarukan,” tegasnya.

Dukungan terhadap transisi energi ini juga datang dari pemerintah. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyampaikan bahwa implementasi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 akan membuka peluang investasi besar di sektor energi terbarukan. Ia memperkirakan total investasi yang dapat digarap mencapai Rp 2.967,4 triliun.

Investasi ini terbagi dalam tiga sektor utama: pembangkit listrik yang menyerap porsi terbesar yaitu Rp 2.133,7 triliun, diikuti oleh jaringan transmisi sebesar Rp 565,3 triliun, dan sektor pendukung lainnya senilai Rp 268,4 triliun.
Bahlil menargetkan sekitar 73 persen investasi di sektor pembangkitan akan melibatkan pihak swasta melalui skema Independent Power Producer (IPP), sementara sisanya akan dilaksanakan oleh PLN.

“Di sektor pembangkitan saja, dari sekitar 836 ribu tenaga kerja yang dibutuhkan, lebih dari 790 ribu atau sekitar 91 persen merupakan green jobs. Ini peluang besar bagi anak muda yang ingin terlibat dalam transisi energi,” ujar Bahlil dalam konferensi pers peluncuran RUPTL 2025–2034 di Kantor Kementerian ESDM, Senin, 26 Mei 2025.

Pemerintah melalui RUPTL 2025–2034 menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 GW, dengan EBT mendominasi hingga 42,6 GW atau 61 persen. Selain itu, kapasitas dari sistem penyimpanan energi (energy storage) ditetapkan sebesar 10,3 GW (15 persen), sedangkan energi fosil ditargetkan turun menjadi 16,6 GW (24 persen).

Pembangunan pembangkit ini akan dilakukan dalam dua tahap. Pada lima tahun pertama, komposisi pembangkit masih berimbang: 44 persen EBT, 45 persen fosil, dan 11 persen energy storage. Namun pada tahap kedua, fokus diarahkan untuk memperkuat dominasi EBT hingga mencapai 73 persen, dengan energi fosil turun menjadi hanya 10 persen.

Selain memberikan dampak positif bagi lingkungan, proyek-proyek yang termasuk dalam RUPTL ini juga diharapkan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Pemerintah menargetkan terbukanya 1,7 juta lapangan kerja baru, terutama di sektor pembangkitan dan jaringan listrik. Sebagian besar lapangan kerja ini merupakan green jobs, yang mendukung pengembangan energi bersih dan keberlanjutan.