Surabaya (25/08/2025) – TPA Benowo kini tidak lagi sekadar tempat pembuangan akhir. Dengan mengusung konsep sirkular ekonomi, fasilitas ini mampu mengubah sampah menjadi listrik, mengolah residu pembakaran menjadi material bangunan, sekaligus memanfaatkan kembali air limbah hasil proses pengolahan.
Setiap harinya, sekitar 1.600 ton sampah masuk ke TPA Benowo. Sebagian besar sampah organik diarahkan ke landfill untuk difermentasi hingga menghasilkan gas metana, sementara sampah campuran yang cenderung anorganik diproses dengan sistem gasifikasi. Dari dua teknologi ini, TPA Benowo mampu menyalurkan hampir 11 MW listrik ke PLN, setelah dikurangi kebutuhan energi internal pembangkit.
Namun kontribusi terbesar TPA ini tidak berhenti pada pasokan energi. Sisa pembakaran berupa fly ash, bottom ash, dan slag tidak dibiarkan menumpuk, melainkan diolah kembali. Abu pembakaran disolidifikasi dengan semen untuk dijadikan pemberat membran, sedangkan slag digunakan sebagai material pengerasan jalan di sekitar area TPA. Dengan cara ini, limbah justru berubah menjadi produk bernilai guna.
Prinsip “tidak ada yang terbuang” juga berlaku pada pengelolaan air. Air lindi dari landfill maupun sisa proses gasifikasi diolah melalui teknologi Advanced Oxidation Process (AOP), lalu dimanfaatkan kembali untuk penyiraman. Sementara itu, emisi gas hasil gasifikasi diproses melalui beberapa tahap penyaringan agar yang dilepas ke udara berupa gas bersih.
Konsep sirkular ekonomi ini membuat TPA Benowo bukan hanya pusat pengolahan sampah, melainkan juga penyedia energi terbarukan dan penghasil material konstruksi. Dengan sistem ini, sampah kota tidak lagi menjadi beban, tetapi sumber daya yang memberi manfaat berlapis bagi masyarakat.